Beranda Kurikulum Sergur Foto Keren Pramuka Mulang Tiyuh Sastra

10.23.2012

Ing Ngarso Sung Tulodo


Ki Hadjar Dewantara merumuskan kepemimpinan sosial dengan tiga ungkapan yang sangat dalam maknanya yakni,  ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangunkarso, tut wuri handayani. Ungkapan yang dilontarkan Ki Hajar Dewantara tersebut bermakna “Di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan”. Ungkapan ini biasanya dipakai dalam dunia pendidikan. Hal ini ditujukan untuk memompa semangat para guru yang menjadi seorang pendidik bagi murid-muridnya.

Dinas pendidikan Kabupaten Way Kanan sangat cermat mengamati dinamika kepemimpinan bangsa ini. Sesungguhnya, bangsa Indonesia memerlukan "sangat" pemimpin  yang berkarakter "sung tulodo", yang oleh Dinas Pendidikan Way Kanan diserap dengan istilah "di depan menjadi tutukan". Ini sangat tepat karena Lembaga pendidikanlah mesin pencetak manusia terdidik,terbina moralnya sehingga (diharapkan) menjadi pemimpin yang dapat mengaplikasikan nilai-nilai kemanusiaan di persada nusantara. Pemimpin yang juga bisa bekerja; pemimpin yang juga bisa melayani;pemimpin yang bijak; pemimpin yang menjadi teladan. Dialah pemimpin yang seharinya lebih baik dari pada 1000 tahun ibadah.

Pemimpin yang merakyat: bersahaja,bertata krama, adil, bijaksana. Syukurlah, sepanjang sejarah perjuangan bangsa, kita masih memiliki figur pemimpin yang patut dijadikan teladan. 
1. Dahlan Iskan, Bapak Menteri BUMN
    Sepak terjang menteri satu ini terbilang langka. Ia biasa naik kereta listrik ke kantornya, naik           ojek, sampai menumpang motor milik mahasiswa untuk menuju bandara. Ia pun sangat sederhana. Pakaiannya kemeja lengan panjang, tak pernah terlihat berjas atau berdasi, mobilnya pun tua. Ia merasa risih hidup mewah sementara berjuta rakyat hidup di bawah garis kemiskinan. Itulah sebabnya sang menteri lebih memilih tidur di rumah Marto Paimin yang berdinding papan beralaskan tanah, tidur di lantai "hanya" dengan beralaskan sehelai tikar, saat kunjungan kerja 
( bukan ketika kampanye ) di Dusun Karang Rejo, Desa Bener, Kecamatan Ngarampal, Kabupaten Sragen, Jawa Timur. Tentunya, Pak Menteri memiliki alasan tersendiri mengapa memilih menginap di rumah seperti itu dari pada tempat yang tentu saja telah disiapkan oleh pihak pemerintah setempat. 

2. Joko Widodo, Gubernur DKI Jakarta
    Sukses membangun Solo, kini pria "tiger" (tinggi gering) ini membawa amanat berat untuk membangun ibu kota Jakarta. Ia pun sangat sederhana dengan kemeja khas kotak-kotak, suka berjalan kaki hingga berkiloan meter. Ia datangi tanpa lelah rakyatnya, ia resmikan gapura-gapura pinggir jalan, ia hadir pada selamatan-selamatan kecil, ia terus diundang bahkan untuk meresmikan pos ronda sebuah RW sekalipun. Ia bekerja dari akarnya sehingga ia mengerti anatomi masyarakat.
Suatu hari Jokowi ( panggilan akrab Pak Gubernur ) didatangi Kepala Satpol PP. Kepala Satpol itu meminta pistol karena ada perintah pemberian senjata dari Mendagri. Jokowi meradang dan menggebrak meja “Gila apa aku menembaki rakyatku sendiri, memukuli rakyatku sendiri…keluar kamu…!!” kepala Satpol PP itupun dipecat dan diganti dengan seorang perempuan, pesan Jokowi pada kepala Satpol PP perempuan itu “Kerjakan dengan bahasa cinta, karena itu yang diinginkan setiap orang terhadap dirinya, cinta akan membawa pertanggungjawaban, masyarakat akan disiplin sendiri jika ia sudah mengenal bagaimana ia mencintai dirinya, lingkungan dan Tuhan.
Dari hal-hal inilah Jokowi membangun kota-nya, membangun Solo dengan bahasa cinta….”. 
Bahasa cinta adalah bahasa hati yang Tuhan berikan kepada manusia yang baik hati. Kasih sayang walau disakiti, memaafkan walau dizolimi, bijaksana tidak terbawa emosi. Kita semua adalah pemimpin. Jadi, mari menjadi teladan yang baik untuk Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar